Jika orang ingin memahami dan bebas dari rasa takut, ia harus memahami pula kesenangannya, keduanya saling berkaitan
Kebanyakan dari kita, rasa takut adalah kawan setia yang selalu hadir dimanapun kita berada. Baik disadari atau tidak, rasa takut itu ada, menyelinap dalam lubuk hati kita. Jika pada seseorang yang telah terkondisi oleh kebudayaan rasa takut, dengan segala akibat dari tindakan-tindakannya yang neurotis dan rumit, bertanya tentang kemungkinan untuk hidup bebas sama sekali dari rasa takut itu saja sudah merupakan satu problema tersendiri. Sebuah problem ada apabila ia tidak terpecahkan, apabila Anda tidak dapat menyelesaikannya, sehingga ia selalu muncul lagi. Mungkin Anda mengira bahwa Anda telah memecahkan persoalan rasa takut ini, tetapi perasaan itu tetap terulang lagi dalam bentuk yang berbeda-beda. Jika Anda berkata “Ini mustahil”, Anda telah membentuk penghalang bagi diri Anda sendiri.
Anda tidak membutuhkan seorang penafsir. Telitilah sendiri, dan temukanlah sendiri
Setiap perasaan takut membangkitkan bermacam-macam kegiatan yang bukan hanya merusak batin dan syaraf, tetapi juga lingkungan. Kebanyakan di antara kita pernah mengalami rasa takut fisik, rasa takut yang timbul dalam menghadapi suatu penyakit, dengan segala kecemasan dan kekesalan. Pada waktu Anda berhadapan dengan bahaya fisik, apakah disitu terdapat rasa takut?
Pikiran adalah waktu
Perhatikanlah rasa sakit fisik. Dahulu Anda pernah menderita sakit dan Anda merasa akan timbulnya rasa sakit itu. Rasa takut itu ditimbulkan oleh pikiran, dengan memikirkan sesuatu yang telah terjadi sebelumnya. Dan yang mungkin terjadi lagi esok hari. Perhatikanlah jawaban Anda sendiri, dan yang pernah Anda lakukan sendiri. Di situ rasa takut merupakan hasil pikiran yang sadar atau yang tak sadar, dan pikiran sebagai waktu, bukan waktu yang kronologik, melainkan waktu yang berarti berpikir tentang sesuatu yang terjadi di masa lalu, dan membangkitkan rasa takut bahwa itu akan terjadi lagi di masa depan. Atau ketika Anda ingin melakukan sesuatu di masa depan namun Anda tak mampu melaksanakannya. Semua itu adalah hasil pikiran sebagai waktu. Dan pikiranlah yang menimbulkan rasa takut.
Rasa takut dan kesenangan merupakan dua sisi dari satu mata uang yang sama
Jika orang hendak mengerti dan bebas dari sara takut, ia harus memahami pula apa itu kesenangan. Anda tidak dapat bebas dari yang satu tanpa bebas pula dari yang lainnya. Namun tidak berarti bahwa orang harus membuang kesenangan. Anda menginginkan kesenangan selama hidup, namun bebas dari rasa takut. Tetapi Anda tidak melihat bahwa Anda akan merasa kecewa saat kesenangan hari esok ditiadakan, Anda merasa tak puas, marah, cemas, dan bersalah; munculah segala kesengsaraan yang bersifat kejiwaan. Sebab itu Anda perlu mengamati rasa takut dan kesenangan bersamaan.
Impian hanyalah sekadar kelanjutan dari aktivitas sehari-hari
Pikiran selalu mencari, menopang, atau menghindari rasa takut; ia pun menimbulkan kesenangan, meneruskan, menyuburkan sesuatu yang pernah membuatnya senang. Mesin pikiranlah yang menimbulkan segala gerakan kesenangan dan rasa takut ini. Setelahnya akan terjebak dalam rasa takut dan kesenangan yang menimbulkan kesedihan. Itulah problemnya. Apakah yang hendak orang lakukan terhadapnya? Meninggalkannya, atau meneruskan keadaan yang lalu..
Hadapilah itu! Anda harus memecahkan problem ini. Kalau Anda masih muda, Anda mungkin berkata “Itu tidak penting”, “Saya menginginkan kesenangan saat ini juga”. Mengulangi yang sama, terus menumpuk, dan pada akhirnya Anda akan mendapati Anda sendiri dalam perangkap. Ini adalah problem Anda, tidak ada otoritas yang dapat memecahkannya untuk Anda. Mereka hanya menghidangkan pelarian untuk Anda, seperti obat bius, kepercayaan, upacara khusus, dan semua permainan komedi. Mereka suguhkan semua ini kepada Anda, tetapi persoalan pokok mengenai rasa takut dan kesenangan tidak pernah mereka pecahkan. Andalah yang harus memecahkannya.
Jangan pikul terus-menerus beban yang berat itu, sisihkanlah dulu, lepaskan..
Post a Comment