Kita sudah pernah melihatnya terjadi, kehilangan sesuatu yang pasti, sesuatu yang sangat terlihat pasti ada di genggaman kita, sudah dikantongi, sudah hampir gol, namun tiba-tiba semuanya hilang, lepas. Mimpi terburuk menjadi kenyataan yang real. Sesuatu yang sudah sembilan puluh sembilan persen selesai menjadi ketidakpercayaan yang membuat shock. Bagaimana bisa?
Bagaimana bisa kapal yang tidak mungkin tenggelam seperti "titanic" akhirnya benar-benar tenggelam? Meskipun mungkin sangat sulit dipercaya, tapi itulah kenyataannya. Kita semua tahu cerita tersebut dan alasannya. Joe girard, seorang salesman nomor satu di dunia berpendapat bahwa itu akibat "arogansi dan inkompetensi, belum lagi kebodohan." Satukan ketiga hal perusak tersebut maka anda tidak akan pernah dapat menyelesaikan apapun dengan efektif. Akan tetapi, itu terjadi, korbannya adalah orang lain.
Saat sesuatu terlihat seperti sudah terkunci dan pasti, bencana menghampiri. Bencana seperti ini sering terjadi pada mereka yang "terlena di atas roda." Yang segera mengikutinya adalah rasa malu dan terhina karena kegagalan, penyesalan serta rasa bersalah yang tidak pernah berakhir. Sering, waktu bahkan tidak pernah memaafkan maupun melupakan. Seabad kemudian, saga titanic akan selamanya sebagai cerita pengingat.
Meski titanic adalah karya seni dan desain terhebat pada masanya, kemegahan bahtera besar ini ironisnya hanya menjadi sebuah catatan kaki di dalam sejarah. Peristiwa itu akan selalu dikenang untuk apa yang hilang, bukan yang di raih. Tidak ada pemenang. Anda tidak akan pernah mendengar pujian untuk gunung es yang telah menenggelamkan titanic.
Ada beberapa yang mengatakan nasib buruk penyebab kecelakaan tersebut. Saya kembali lagi setuju dengan pendapat dari Joe Girard bahwa "hanya orang dungu yang punya pikiran seperti itu." Pertama yang perlu anda ingat adalah tidak ada yang namanya dengan kemujuran. Saya percaya pada pengendalian hasil dengan memperhatikan dan tidak pernah kehilangan kewaspadaan.
Keberuntungan hanya untuk para pecundang
Pelajaran dan hal untuk menghindari kehilangan sesuatu yang sudah pasti
Anda tidak pernah dapat mengasumsi apapun tentang seberapa terkuncinya kesempatan anda di dalam hidup, personal maupun profesional. Anda harus mengurus kehidupan anda dengan intensitas yang sama dengan saat anda berusaha mendapatkan pelanggan besar. Hanya maut yang pasti. Segala sesuatu lainnya harus direbut dan hanya mampir pada mereka yang menggunakan kepala mereka serta mau belajar melakukan antisipasi.
Waspada pada saat menjelang tikungan, namun hanya sedikit sekali orang yang benar-benar melakukan hal ini dengan mengatur sebuah rencana untuk menghadapi hal tak terduga. Jika mau belajar melihat ke depan dan mengantisipasi segala hal, anda akan tahu seperti apa keuntungan sebagai pemenang sebenarnya.
Begitu anda mencapai titik tersebut, tidak akan ada keraguan di dalam pikiran anda bahwa anda telah sampai. Kepercayaan diri anda akan meroket. Kehilangan hal yang pasti tidak akan terjadi pada anda karena anda tahu tidak ada sesuatu yang pasti, dan anda akan mengambil semua langkah yang perlu untuk memastikan hal tersebut tidak terjadi. Begitu anda menutup genggaman, berlian cemerlang itu tidak akan pernah lolos, tidak untuk sekarang maupun selamanya.
Diam itu emas
Pernah anda mendengar ungkapan ini? Kesalahan lain yang sering dilakukan orang adalah terlalu banyak berbicara kepada palanggan yang sudah mengambil keputusan untuk atau ingin berbisnis dengan anda. Sering kita melihat orang lain menggagalkan transaksi mereka sendiri akibat terlalu banyak omong dan pada saat yang salah pula. Ungkapan "Diam itu Emas" pasti ada maknanya. Setelah anda berbicara dan menjelaskan apa yang anda tawarkan pada orang lain, giliran mereka yang menjawab. Tutup mulut anda.
Sering, dan membutuhkan disiplin yang ketat untuk tidak memecah keheningan antara anda dan orang lain, khususnya di dalam suasana yang agak canggung. Beberapa detik keheningan terasa seperti bermenit-menit. Meski ada godaan memecah kebuntuan, anda wajib untuk tetap terdiam. "Sekarang giliran mereka berbicara." Jika anda bertemu langsung dengan orang tersebut, cukup jalin kontak mata yang sopan dan tunggu respon dari mereka.
Saya berani bertaruh, kebanyakan orang yang gagal dalam berbisnis dengan orang lain itu akibat hal-hal yang dikatakannya daripada yang tidak ia katakan. Saya pernah duduk dengan seorang wiraniaga dan orang ini bercerita kepada saya tentang bagaimana ia kehilangan apa yang disebut "transaksi matang". Katanya, sang pelanggan sudah siap menandatangani perjanjian jual beli, namun karena ia pamer ke bagian servis dan meminta waktu sedikit kepada pelanggannya untuk berkeliling melihat operasi cara kerja mereka. Letak kesalahan telak yang ia lakukan adalah membual dan menyombongkan betapa hebatnya produk Chevrolet.
Dalam usahanya meninggalkan kesan positif, ia terus berbicara tentang apa saja dan lupa akan penarikan produk yang perusahaan lakukan secara nasional. Begitu mereka sampai di bagian servis, terbukalah semua barisan kendaraan yang ditarik kembali menunggu diperbaiki saklar listriknya yang bermasalah. Memang bukan masalah besar, akan tetapi pelanggan melihatnya lain. Ia membayangkan mobil yang ia hendak beli muncul di antrean tersebut untuk diperbaiki. Transaksi gagal total.
Jangan pernah mengambil pena dari tangan nasabah saat perjanjian jual beli sedang ditandatangani
Nah, konsep ini berlaku pada segala sesuatu seperti penjualan, berbisnis ataupun menjalin relasi dengan orang lain. Ungkapan menarik dari Joe Girard, "simak dan kunci". Jika memperhatikan orang yang sedang bersama anda dan menghabiskan sebagian besar waktu untuk menyimak keluhan serta memahami sudut pandang mereka, anda akan berada dalam posisi yang lebih kuat untuk mengunci mereka. Cara lain untuk mengatakan "Diam itu Emas" adalah "jika anda menginginkan emas meraka, tutup mulut."
Semakin sedikit anda berbicara, semakin besar peluang anda untuk menyelesaikan transaksi dan mengunci kesempatan
Post a Comment