Pergulatan selalu terjadi, tidak hanya di luar, tetapi juga dalam diri kita. Jika kita pahami seluruh masalah kehidupan, sejak kita dilahirkan, sampai kematian tiba, kita selalu berada dalam konflik. Dalam segala bentuk hubungan terdapat ketegangan dan perselisihan bahkan dalam hubungan yang paling akrab pun, setiap orang mencari kesenangan-kesenangannya masing-masing, baik itu secara langsung maupun sembunyi-sembunyi. Setiap orang mengejar ambisi dan pemuasannya sendiri, dan karenanya timbul frustasi, karna semuanya itu ada dalam pola konflik, kedukaan, serta keputusasaan.
Analisis tak pernah tuntas, karna tugasnya menyangkal tindakan yang tidak tuntas
Dalam penaklukan bulan, hidup di bawah laut, dan mengobarkan perang, terdapat pertentangan getir yang konstan antara manusia dan manusia
Keindahan tidak dihasilkan oleh konflik. Apabila Anda melihat keindahan sebuah gunung atau aliran sungai yang mengalir deras, dalam persepsi seketika itu tidak ada rasa bergulat. Namun dalam kehidupan kita jarang ada keindahan, karna di dalamnya pertarungan berlangsung terus-menerus. Pada hakikatnya sifat batin adalah indah dan cerah, tidak pernah tersentuh oleh pertentangan yang jika kita benar-benar menghayatinya dalam kehidupan sehari-sehari, mungkin ada kedamaian dalam diri kita. Barangkali pagi ini kita akan mampu memahami pertarungan dalam kehidupan kita, dengan sikap berhati-hati serta kewaspadaan, sehingga kita dapat terhindar dari pertarungan itu.
Benar atau Salah hanyalah kesepakatan
Sekarang coba kita pahami arti menganalisis. Analisis mengandung pemisah-misahan, ada yang menganalisis dan ada yang dianalisis. Contoh : Apakah Anda menganalisis diri sendiri, atau apakah itu dilakukan oleh seorang spesialis? Disitu terdapat pemisahan dan oleh sebab itu timbulah bibit-bibit konflik. Dari banyak fragmen, yang di dalamnya kita telah dipisah-pisahkan, satu fragmen menganggap dirinya sebagai otoritas (si penganalisis), hal yang dianalisis adalah sesuatu yang lain.
Penganalisis itu menjadi penyensor, Ia dengan setumpuk pengetahuannya menilai mana yang benar dan mana yang salah, mana yang baik dan mana yang buruk, dan selanjutnya. Si penganalisis harus membuat setiap analisis lengkap, memeriksa setiap pikiran segala sesuatu yang perlu untuk dianalisis, dan tentunya semua itu memerlukan waktu. Anda dapat menghabiskan waktu seumur hidup untuk menganalisis; itupun kalau Anda memiliki banyak uang untuk membayar atau kecenderungan untuk itu. Pada akhirnya Anda akan menghabiskan waktu untuk menganalisis, dan ujungnya tetap saja seperti semula, malah dengan lebih banyak hal yang harus dianalisis.
Analisis tidak pernah tuntas; menyangkal tindakan yang tidak tuntas adalah bertindak menyeluruh
Sekarang kita dapat melihat bahwa dalam analisis terdapat keterpisahan antara yang menganalisis dan yang dianalisis, lagi pula yang menganalisis harus membuat analisis dengan cermat dan lengkap, karena kalau tidak kesimpulan-kesimpulannya akan bersifat parsial atau dapat merintangi analisis berkutnya. Kita melihat bahwa proses analisis memerlukan waktu yang tidak terbatas, dan dalam masa itu dapat terjadi banyak hal lainnya.
Jadi apabila Anda melihat seluruh struktur analisis, penglihatan itu adalah suatu penyangkalan yang nyata, satu pengingkaran terhadap analisis. Karena Anda melihat segala yang tersangkut di dalamnya, maka terjadilah penyangkalan; yaitu tindakan yang menyeluruh.
Kita tidak akan bisa melepaskan diri dari dunia, kita adalah dunia
Jika Anda hidup dalam suatu dunia yang sebut saja X, Anda akan terkondisi oleh kebudayaannya, oleh industrialnya, oleh agamanya, oleh pendidikannya, oleh semua konflik yang ditimbulkan dan peperangannya. Anda tidak mungkin melepaskan diri dari dunia itu. “Saya harus mempunyai mata pencaharian untuk mempertahankan hidup.” Seluruh struktur masyarakat, didasarkan pada upaya untuk mempertahankan hidup, tak peduli apapun akibatnya, berbuat sesuatu yang telah diatur oleh masyarakat.
Tapi bagaimana bisa mempertahankan hidup dengan selamat dan berlangsung lama jika ada pemisah antar kita semua? Jika Anda orang Eropa dan saya orang Asia, bila terdapat pemisahan antar kita, setiap orang bersaing untuk mendapatkan kepastian, untuk mempertahankan hidup, dan karenanya saling bertempur.Apabila tidak ada pemisah-misahan, kita akan bertahan hidup damai, tanpa rasa takut.
Pernah terjadi peperangan antar agama, peperangan yang mengerikan dengan kedua kubu saling berteriak: “Kami harus mempertahankan hidup.” Tak pernah mereka berkata pada diri mereka, “Lihatlah betapa picik pemisah-misahan ini, yang satu percaya ini yang satu percaya itu”. Mereka tak pernah melihat keterkondisian yang tak masuk di akal itu. Dapatkah kita mengerahkan segenap energi pikiran kita, perasaan kita, semangat kita, untuk menyelidiki apakah itu mungkin untuk hidup tanpa keterpisahan ini, sehingga kita dapat hidup sungguh-sungguh, hidup dalam kepastian yang sempurna?
Marilah kita hidup bebas dari segala sifat menguasai dan kepemilikan
Perhatikanlah, pemerintahan-pemerintahan yang berdaulat, dengan angkatan perangnya masing-masing, telah memecah belah dunia dan saling menerkam, demi mempertahankan nama dan kelangsungan ekonomi. Sebenarnya pemikiran, komputer-komputer bila di tangan orang yang baik, dapat mengubah seluruh struktur dunia ini. Tetapi kita tidak tertarik pada masalah kesatuan umat manusia, padahal itulah satu-satunya masalah politik.
Itu hanya dapat dipecahkan, apabila tidak ada politikus, tidak ada pemerintahan-pemerintahan yang berdaulat, tidak ada aliran-aliran agama yang terpisah-pisah. Namun untuk mencapainya dibutuhkan revolusi batin dan revolusi lahir pada saat yang sama. Jika tidak ada revolusi batin sempurna dalam diri kita, dan Anda menginginkan revolusi lahir, maka Anda hanya akan menimbulkan kekacauan yang lebih buruk di dunia. Dan kekacauan memang ada di dunia.
Post a Comment